Kontribusi Ilmuwan Islam di Bidang
kesehatan
* Ali bin Isa
Ali adalah ilmuwan paling terkemuka di antara pakar spesialis mata di zamannya.
Dilahirkan di Baghdad, Irak, Ali menulis kitab Tadzkiratul Kahhaliin dan
mengembangkan ilmu kedokteran mata hingga menjadi rujukan ilmuwan Muslim
lainnya. Kitab Tadzkiratul diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh
Hirschberg dan Lippert pada tahun 1904 dan ke dalam bahasa Inggris oleh Casey
Wood pada tahun 1936.
Kitab karya Ali memang merupakan kitab ilmu kedokteran mata yang paling
banyak dikutip oleh para ilmuwan lain. Kitab Tadzkiratul pertama kali
diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan kemudian ke dalam bahasa Latin dan
dicetak di Venesia pada tahun 1497. Para ilmuwan yang banyak merujuk karya
Ali adalah Ammar bin Ali Al-Mosuli dan Abul Hasan Ahmed bin Muhammad At-
Tabari yang menulis Kitabul Mualaja-ul Buqratiyya.
*Ammar bin Ali Al-Mosuli
Lahir di Mosul, Irak, sekitar tahun 1010. Ammar menulis Kitabul Muntakhab fi
Ilajul Ayn dan banyak melakukan percobaan di Mesir. Buku Ammar banyak
mengulas anatomi, ilmu penyakit, enam riwayat penyakit pasien untuk operasi
katarak, dan kasus-kasus yang berhubungan dengan radang urat syaraf yang
berhubungan dengan mata.
Hirschberg mengungkapkan bahwa Ammar adalah ahli bedah mata paling cerdas
dalam literatur Arab. Dalam kitabnya Ammar mengulas sekitar 48 jenis penyakit
mata. Naskah kitabnya pertama kali ditemukan di Escorial Library, sebuah
perpustakaan di Madrid, Spanyol. Meskipun lebih pendek daripada kitab
Tadzikiratul karya Ali bin Isa, kitab karya Ammar berisi hasil-hasil pengamatan
asli.
Sampai abad ke-20, karya Ammar hanya terdapat dalam bahasa Arab dan sebuah
terjemahan dalam bahasa Ibrani oleh Nathan Jew pada abad ke-13. Ammar adalah
penemu metode operasi katarak dengan metode pengisapan menggunakan sebuah
jarum cekung yang disisipkan melalui limbus, tempat bertemunya kornea dan
selaput mata. Hingga hari ini, metode temuan Ammar ini masih dipakai.
* Zarrindast Tangan Emas
Abu Ruh Muhammad bin Mansur Abdullah, yang lebih dikenal dengan nama Al-
Jurjani, seorang ahli bedah dari Persia kelahiran tahun 1088, menulis kitab Nurul
Ayyun. Zarrindast menulis karya-karyanya sepanjang pemerintahan Sultan
Malikshah yang terdiri dari 10 bab.
Di bab ketujuh dia menguraikan sekitar 30 jenis penyakit mata yang mencakup 3
jenis operasi katarak. Ia juga mendalami anatomi dan ilmu faal mata. Sebuah bab
dalam kitabnya membahas penyakit mata seperti katarak, trakhom, skeral, dan
korneal.
* Al-Ghafiqi
Muhammad ibn Qassoum ibn Aslam Al-Ghafiqi (wafat tahun 1165) berasal dari
Spanyol. Ia menulis kitab Al-Murshid fil Kuhl. Al-Ghafiqi banyak merujuk
kepada karya Ammar bin Ali Al-Mosuli tetapi lebih menekankan penelitian pada
jaringan otak yang berhubungan dengan mata. Masyarakat Cordoba sangat
menghormati Al-Ghafiqi. Hingga kini nama Al-Ghafiqi terukir di rumah sakit di
Cordoba, yang dipakai sebagai cara untuk mengenang jasa-jasa ilmuwan tersebut.
* Ibnu Haitam
Dilahirkan pada tahun 965, Ibnu Haitam adalah orang pertama yang menjelaskan
bahwa semua penglihatan mungkin terjadi karena sinar refraksi cahaya. Temuantemuan
Ibnu Haitam dikembangkan dan disebarluaskan oleh ilmuwan Persia,
Kamaluddin (wafat tahun 1320) yang banyak mengamati alur dari sinar cahaya di
bagian dalam kaca dalam rangka menguji pembiasan dari cahaya matahari saat
hujan menetes.
Kamaluddinlah orang yang pertama kali menjelaskan asal-usul gejala primer dan
sekunder pelangi. Dikutip dari Majala Annida
* Ibnu Sina
Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga mengupas
tentang farmakologi dan farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang dari 700 cara
pembuatan obat dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan
yang sederhana.Orang mengatakan bahwa pada umur 10 tahun dia sudah hafal Al
Quran dan pada umur 18 tahun menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu.
Ia adalah seorang ahli kedokteran yang bukunya Qanun Fi At Thibb selama 5
abad menjadi buku pegangan di universitas-universitas Eropa. Namun ia memiliki
karya-karya ilmiah di bidang logika, matematika, astronomi, fisika dan
mineralogi. Ia juga menulis tentang ekonomi dan politik.
* Al-Zahrawi
Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmakologi
serta farmasi. Dia adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan
distilasi.Selama separuh abad mendedikasikan diri nya untuk pengembangan ilmu
kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah menemukan puluhan alat bedah
modern. Dalam Kitab Al-Tasrif, ‘Bapak Ilmu Bedah’ itu memperkenalkan lebih
dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di an tara ratusan koleksi alat bedah yang
dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah
sebelumnya.
Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menciptakan atau menemukan
26 peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-
Zahrawi adalah catgut. Alat yang d gu nakan Al-Zahrawi untuk menjahit bagian
dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga
menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu
digambarkan dalam Kitab Al-Tasrif.
Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggenaan ligature 9benang
pengikat luka) untuk mengontrol pendarahaan arteri. Jarum bedah ternyata juga
ditemukan dan dipapar kan secara jelas oleh Al-Zahrawi dalam kitabnya yang
paling fenomenal itu. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan sedere alat
bedah lain hasil penemuannya dalam Kitab Al-Tasrif.
Peralatan penting untuk bedah yang ditemukan Al-Zahrawi itu antara lain, pisau
bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait
bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga
menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksi dalam uretra, alat
untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan serta alat pemeriksa telinga.
Kontribusi Al- Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap
dikenang dunia.
* Abu Hasan 'Ali bin Sahl Rabban at- Tabari
At-Tabari lahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh Khalifah
Al-Mu'tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu sumbangan At-
Tabari dalam bidang farmakologi adalah dengan menulis sejumlah kitab.
Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Dalam kitab ini dibahas
mengenai pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ burung. Dia juga
memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya.
* Ibn Zuhr
Ibn Zuhr (1091-1161) yang namanya dilatinkan menjadi Avonzora, adalah
seorang ahli kedokteran dan parasitologi yang kenamaan. Ia menggunakan
psikologi dalam kegiatannya serta memelopori penerapan diet pada para
pasiennya yang memerlukan. Ia menulis At Tafsir Fi Al Mudawat Wa At Tadbir
untuk memenuhi permintaan Ibn Rusyd.
* Ibn Nafis
18. Ibn Nafis (1213-1288) adalah seorang ahli kedokteran yang mendahului
Harvey beberapa abad, mengungkapkan sistem peredaran darah dalam tubuh
manusia, dan menguraikan struktur bronkial pada paru-paru serta interaksi
pembuluh darah, udara dan darah dalam organ tersebut, ia juga mengungkapkan
struktur pembuluh darah koroner.
Kontribusi Ilmuwan Islam di Bidang kesehatan pada Zaman Ustmani
Imperium Usmani memiliki konsep dan metode khusus dalam mendidik tenaga
medis. Selain sudah memiliki tabib yang dikenal sebagai spesialis penyakit dalam
pada era itu pemerintahan Usmani juga sudah memiliki dokter spesialis bedah,
dokter spesiali orthopedi, dan lainnya. Para dokter itu dididik dengan cara yang
berbeda-beda.
Dokter pada masa itu menempati posisi yang amat tinggi. Para dokter itu dididik
dan ditempa di sebuah madrasah dan dar al-shifa alias rumah sakit (RS). Di era
itu, RS tak hanya menjadi tempat mengobati pasien, namun juga menjadi tempat
bagi para calon dokter menempa diri. Di RS Kayseri, para calon dokter belajar
mengenai dunia kedokteran secara teori dan praktik.
Anak muda yang ingin menjadi dokter disebut talib. Sedangkan, mahasiswa
kedokteran mendapat gelar Shaqirdi tabib. Para sakird atau mahasiswa kedokteran
itu ikut hadir menangani berbagai kasus secara langsung di RS. Sedangkan di
madrasah mereka mempelajari seluk-beluk kedokteran secara teori.
Kerajaan Usmani Turki memiliki tradisi baru dalam membangun RS, yang
berbeda dengan Dinasti Seljuk. Salah satunya adalah RS Bursa - bagian dari
kompleks Sultan Yildirim. Di tempat itu juga dibuka sekolah kedokteran. Di RS
Bursa itu ada ruang belajar dan ruangan guru yang juga para dokter. Di Istanbul,
pemerintahan Usmani membangun RS Fatih pada 1470 M yang juga sekolah
kedokteran.
Selain itu di Edirne juga dibangun RS dan sekolah kedokteran yang bernama RS
Bayezid II pada 1484. Hingga abad ke-19 M, para dokter dididik di RS yang
sekaligus menjadi sekolah kedokteran.
Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang
apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan farmasi dan
farmakologi. Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar
30 macam aromatik.
Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al-Mushajjar Al-
Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi daftar penyakit
berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet.
0 komentar:
Posting Komentar